Follow me on Facebook

Kontes Burung Road To HUT TVRI ke 27, Carut Marut

Posted by Unknown Minggu, 09 Maret 2014 0 komentar
Garut, Lintas Metro
Sajian Kontes Burung Bertajuk Road To HUT TVRI ke 27 yang bertempat di UNIGA Garut, diluar dugaan. Acara yang pelopori oleh Rudi sebagai Ketua Panitia, Dudi Mawar sebagai Ketua Pelaksana dan Dr. H. Abdussy Syakur sebagai Penanggung Jawab, seharusnya menjadi tontonan yang menarik dan tertib, namun sebaliknya acara tersebut ternyata menjadi carut marut.
Kondisi lapangan yang berada di belakang Kampus ini dinilai kurang menjadi perhitungan panitia, pasalnya kencangnya terpaan angin mengganggu kerjanya para fighter jago jago burung di lomba ini.
Hal tersebut terlihat ketika para peserta pribumi atau dari daerah Garut dan peserta dari luar Garut yang merasa kecewa dan melayangkan protes keras terhadap Panitia. Tak pelak hal itu hampir membuat terjadinya amuk peserta yang merasa tidak puas dengan kinerja para juri yang menurut peserta dinilai berat sebelah dan menggiring ke salah satu peserta untuk menjadi juara nya.
Ketidak tegasan panitia ini berdampak sekali, sehingga para peserta tidak lagi menggubris peringatan Panitia untuk tidak berteriak, nyatanya hampir seluruh peserta ini berteriak dan menjadikan ajang ini tidak menjungjung nilai ketegasan seperti tertulis dalam pamplet dan brosure yang disitu jelas tertulis “semua kelas Non Teriak”, alias tidak boleh menyebutkan nomer gantangan.
Peserta asal Hampor dan Tarogong, sebut saja Upay dan Iwan mengatakan kepada Lintas Metro bahwa hal ini sangat memalukan memalukan Garut sebagai pribumi. Mereka berharap, panitia selektif, baik dalam persiapan atau pun recruitment Korlap dan para juri serta kepanitiaan yang lain.
“Kerja korlap dilapangan kurang berperan aktif sehingga para juri terlihat berkelompok. Tugas korlap adalah mengatur rotasi posisi juri agar tidak selalu di satu tempat dan harus segera berteriak lantang menyerukan agar berpencar apabila melihat juri. Juri terlalu lama berdiam /ngetem. Sehingga banyak burung burung lainnya yang tidak terkontrol disebabkan karena waktunya yang sedikit”. Ujarnya.
Ketidakhadiran Penanggungjawab acara dinilai para peserta dari luar garut tidak memberikan sambutan baik. “Sebagai Tuan Rumah sebaik nya memberi sambutan, ini kan tidak lucu, sebagai Penanggung jawab seharus nya ada di tempat. Akh kaduhung milu kontes di Garut tara bener”. Ujar salah seorang perserta dari Luar Garut sambil kembali mengemasi burung burung nya dan tidak jadi menggantangkan burung nya.
Sungguh ironis, lomba setingkat ROAD to HUT TVRI dengan Tiket yang lumayan antara 150 ribu dan dirasakan oleh para peserta cukuplah mahal ini tidak dapat memuaskan para Kontestan. Hal itu di tandai dengan banyak nya nada protes dari para peserta. “bagaimana Garut ingin maju, bila kondisi ini tetap dibiarkan?”. Celotehnya.
Kericuhan terjadi dikala salah satu peserta burung Anis kelas ebod vit dengan Tiket pendaftaran 150 tidak mendapat bendera nominasi, tetapi para juri tidak ada yang memantau atau memberi bendera nominasi, padahal anis nya dari awal kerja jujur, dan dikelas kenari ebod vit yang tiket nya sama yaitu 150 ribu banyak peserta yang kecewa.
Iwan peserta dari Tarogong kidul yang menggantangkan kenari Jagoan nya pada helatan di copong beberapa hari yang lalu masuk digelaran BNR sebagai nominasi juara Harapan pertama, kali ini harus gigit jari karena burung nya sama sekali tidak dipantau dan diberi nilai yang sesuai, dan harus pulang dengan rasa kecewa.
“Gelaran seperti ini tidak layak untuk diikuti lagi. Peserta yang lain jangan mau hanya sebatas penyumbang saja, kita kan daftar sama, ya seharusnya dipantau dong jangan dipilih pilih”. Keluhnya
Dalam hal ini, Mandala Bird Club (MBC) menjadi penggagas event yang dinilai sebagian besar gagal membangun citra kontes burung yang di dukung oleh Prof. Dr. H. Abdussy Syakur Amin M.Eng.
LM sempat menghubungi Rudi, Ketua Panitia, dan dirinya mengemukakan bahwa memang kejadian seperti ini telah terjadi dan hanya pasrah menerima kenyataan pahit ini. Ujarnya.

“Hanya peserta dan Masyarakat luas yg dapat menilai, betapa pentingnya nilai fair play dan kedisiplinan. semoga saja Garut kedepan lebih mengedepankan nilai sportifitas dan kedisiplinan. Insya alloh kedepan Garut Lebih di minati untuk penyelenggaraan Kontes atau Lomba burung setingkat Jabar. Pungkasnya. (LM-TJ)
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

widget 1

widget 2

widget 3

widget 4